PATROLISERGAPNEWS.ID – JAKARTA – Kerja keras menuntut ilmu yang dilakukan oleh 2.822 orang lansia (lanjut usia) selama satu tahun terbayar sudah. Hari ini, Kamis, 19/12/2024, mereka memenuhi Auditorium Kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Halim Perdana Kusuma, Jakarta; untuk mengikuti wisuda. Wisuda bagi lansia tangguh dan berdaya itu sangat Istimewa sebab dipimpin langsung oleh Menteri Kemendukbangga/Kepala BKKBN Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd.
“Di hadapan wisudawan dan keluarga yang mendampingi, Wihaji mengatakan program Sekolah Lansia adalah salah satu upaya memberdayakan ‘ageing population’ (penduduk tua). Program ini bagian dari kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang berinovasi dengan pembentukan Sekolah Lansia, yang merupakan perwujudan dari konsep belajar sepanjang hayat (‘life long learning’) dalam upaya mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan bermartabat melalui 7 dimensi lansia tangguh, yaitu dimensi fisik, spiritual, emosional, intelektual, sosial kemasyarakatan, lingkungan dan vokasional.
“Dengan sekolah ini membuat Saya optimis para lansia akan tetap produktif bahkan masih bisa memberikan sumbangan bagi perekonomian bangsa”, ujar mantan Bupati Batang, Jawa Tengah, itu. Diungkap oleh alumni Program Pascasarjana UNJ itu, Indonesia telah memasuki struktur ‘ageing population’ yang ditandai dengan jumlah penduduk lansia yaitu 10,82% pada tahun 2021, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 11,75%, serta akan menjadi 20,3% pada tahun 2045 (BPS, 2023),” paparnya,
Pada masa-masa orang hidupnya semakin menua, banyak masalah yang mereka hadapi, di antaranya kesepian dan gangguan mental. Terkait masalah ini, Kemendukbangga /BKKBN merilis ‘policy brief’ tentang dampak kesepian dan gangguan kesehatan mental pada lansia sebagai jawaban atas isu kesepian dan depresi yang juga banyak dialami lansia.
“Policy brief’ itu sebagai penyediaan bahan kebijakan tentang isu kelanjutusiaan diharapkan mampu mengoptimalkan dukungan bagi pengambil kebijakan dalam mengembangkan program kelanjutusiaan. Dari pertanyaan pada studi nasional yang BKKBN dan UNFPA lakukan di tahun 2022, lansia lebih suka tinggal di rumah daripada melalukan sesuatu yang baru, diperoleh prevelensi depresi lansia mencapai 73,9% (Studi BKKBN dan UNFPA, 2020). Dan pada studi tahun 2024, mengacu pada skrining lansia sederharna (siklas) Kemenkes, prevelansi depresi lansia mencapai sebesar 64,4% (Cicih, dan BKKBN, 2024).
Hadirnya Sekolah Lansia banyak disokong oleh banyak pihak seperti UNFPA Perwakilan Indonesia, Konsultan Pakar Policy Brief, dan para kader BKL di seluruh pelosok Indonesia.
#patrolisergapnews.id
(Akbari)
